Saturday 19 March 2011

Keadilan Dalam Islam Untuk Seorang Kakek Yahudi

Gubernur Mesir, 'Amru bin A'sh bermaksud membangun sebuah masjid. Seluruh rakyat memberikan dukungan penuh. Mereka bahu-membahu mewujudkan rencana pembangunan masjid. Untuk kepentingan tersebut, terpaksa gubuk reyot milik seorang kakek yahudi digusur. Sebenernya sang kakek yahudi keberatan dengan pergusuran itu,meski gubuk reyotnya akan diganti dengan rumah yang lebih baik. Keberatan itu disebabkan masih melekatnya kenangan indah bersama anak dan istrinya di gubuk itu. Namun desakan gubernur dan masyarakat membuatnya tak punya pilihan.

Dengan kesal dan marah, si kakek Yahudi meninggalkan rumah yang penuh dengan kenangan itu menuju ke Madinah untuk menuntut keadilan kepada Umar bin Khattab, Amirul Mukminin.

Di Madinah kakek Yahudi itu disambut oleh Amirul Mukminin dengan baik. Setelah mendengarkan pengaduan kakek Yahudi itu, Umar mengambil sepotong tulang yang bersih, lalu digoreskannya pedanya pada tulang itu. Kepada kakek itu Umar berpesan, "serahkan ini kepada Gubernurku!"


Sesampainya di Mesir, kakek itu menyeahkan tulang yang tergores pedang itu kepada 'Amru bin 'Ash. Dan begitu menerima tulang itu, wajah 'Amru bin 'Ash pias. Tangannya gemetar dan tak lama kemudian air mata membasahi pipinya. Tidak sampai disitu saja, badannya terguncang hebat dan wajahnya memucat.

"Wahai gubernur, kenapa Anda menangis seperti ini? Menurutku tak ada yang istimewa dengan tulang itu." Tanya kakek itu memberanikan diri.
"Manusia datang ke dunia tidak membawa apa-apa. Kemudian mereka pun akan menjadi tulang putih seperti ini. Tak ada bekal yang akan dibawa kehadapan Allah kecuali amal shaleh,perbuatan yang lurus seperti lurusnya goresan pedang di atas tulang ini. Dan aku sebagai gubernur, berkewajiban menegakkan itu semua. Bahkan, aku harus memulainya lebih dahulu. Kalau aku mengingkarinya, maka khalifah akan meluruskanku dengan pedangnya, sebagaimana dia membuat garis lurus pada tulang yang keras ini. Inilah makna tulang tergores ini." Jawab 'Amru bin 'Ash.
"Wahai bapak tua, rumahmu akan kami kembalikan seperti sedia kala. Aku meminta maaf atas kekhilafanku," Sambung 'Amru.
"Wahai gubernur, setelah semua yang aku alami ini aku sadar bahwa aku terlalu egois selama ini. Untuk itu aku merelakan rumahku digusur demi kepentingan kaum muslimin. Dan saksikanlah bahwa mulai hari ini aku adalah seorang muslim". tegas kakek itu.